Skip to main content

Cerita_Bersambung AYO SEKOLAH MIKAYL Bagian Ke 3 | Oleh Riami


Bagian Ke 3

AYO SEKOLAH MIKAYL
Penulis: Riami


Suasana senja sangat indah. Hujan yang tak begitu deras membawa angin rizki baru buat Mikayl. Selain membantu ibunya Zuhdi buka bengkel, ia juga menjual mantel plastik yang murah seharga sepuluh ribu rupiah ia menjualnya. Banyak yang beli. Hari ini meski gerimis mantelnya sudah laku enam buah. Semua itu dikumpulkan dari hasil ia membantu di bengkel.
"Assalaamualaikum, Mikayl." "Waalaikum salam. Kai Havinda ada apa kau kemari. ?" "Aku ingin menjenguk temanku yang lama sudah tidak sekolah. Kenapa kau akan berhenti Mikayl? Bukankah kau di sini sudah bisa sambil kerja meski hasilnya belum seberapa. Ayahmu tadi ke sekolah. Lalu beliau bercerita bahwa kamu tidak mau sekolah, mau kerja saja di bengkel. Beliau tampak sedih Mikayl." "Kalau ayahku sedih kenapa ayahku mengikuti ibu tiriku ke daerah lain? Tidak tinggal bersamaku saja? Jangan percaya Havinda."
"Aku percaya Mikayl, sebab aku pernah merasakan sebuah dilema. Aku selalu merindukan ayah, setelah satu tahun ibuku meninggal dan ayahku menikah lagi di luar kota. Bahkan lalu tinggal di luar negeri. Waktu itu aku masih kelas tiga SMP. Aku belum mengerti arti kebersamaan. Ketika ayahku mengatakan akan menikah lagi aku memutuskan untuk hidup bersama adiknya ayah. Tak ada masalah sebenarnya."
"Lalu kami pun berunding bertiga untuk mutuskan apakah aku tetap berada di Indonesia atau aku harus mengikuti ayah dan ibu tiriku ke luar negeri. Aku tetap memilih untuk tidak pergi bersama ayah, meski ibu tiriku baik dan ramah. Entahlah seperti ada yang mengikat kakiku di sini sehingga aku tak mau ikut dengan mereka."
"Kenapa? Sebagai anak bos tentu kamu bisa belajar ke luar negeri dengan gampang Havinda. kenapa tidak kamu lakukan saja, tanya Mikayl agak tergesa."
"Ceritanya besuk saja di lanjut di sekolah. Asalkan kau masuk sekolah dan menceritakan pengalamanmu, Mikayl"

Ria, 15 Desember 2017




Comments

Popular posts from this blog

Rindu Ayah | Oleh : Tea Terina

  Rindu Ayah | Oleh : Tea Terina Aku berharap kedatanganku di sekolah TK tempat Dini mengajar tidak diketahuinya. Begitu turun dari sepeda motor kulihat ibu- ibu muda bercengkrama di depan kelas. Beberapa di antaranya berusaha melihat situasi dalam kelas melalui kaca jendela. Rata- rata wanita di situ cantik dan berkelas.Tampak beberapa mobil mewah diparkir di halaman sekolah yang cukup asri.Di situ juga ada gazebo yang tampak artistik dan bersih dengan pelataran rimbunan bunga aster. Aku menuju depan kelas.Seorang ibu memandangku dengan rasa curiga saat aku mendekati kaca jendela itu. Rupanya di situ ada 2 guru yang membimbing siswa menggambar.Seorang guru berjilbab kuning kelihatan kurang ramah, suaranya terdengar keras. "Kalau mewarnai pohon,seharusnya warna hijau dan coklat untuk batangnya.Mana ada daun berdaun ungu dan batang berwarna merah!" Gadis kecil itu menunduk dan tak meneruskan gambarnya. Lalu kulihat Dini menda...

Bukan Karya Sastra

  Karya Semilir adalah bukan karya sastra. Karya ini sebenarnya bukan puisi.  Kitab Semilir adalah buku yang berisi tentang karya semilir.  Karya semilir adalah karya seni menulis dengan tinta kebebasan.  Menuangkan emosi dalam tata urut dan pemaknaan secara rinci, teliti, detail dan penuh samaran dengan gaya bahasa semilir. Kekuatan Karya Semilir 1. Tidak adanya unsur pengulangan kata dan pengulangan makna adalah salah satu kekuatan karya semilir yang tidak akan anda temui pada semua karya     seni sastra tulis didunia ini.  Bila anda membaca semilir dan memperoleh kesan pengulangan makna, sesungguhnya itu bukan pengulangan, tapi itu penekanan pemahaman. Sebab     manusia terkadang tidak memaknai isi tanpa penekanan pemahaman. 2. Kosa kata baru dan mungkin unik, mungkin pula anda sama sekali tak pernah menjumpai kata kata dalam karya semilir ini sebelumnya.  Bila anda membuka Kamus Bahasa Ind...

Novel CATATAN BODOH ( Cuplikan 2 )

Taman terlarang sesungguhnya taman paling indah. Tapi taman ini hanya boleh di masuki Putri Zain. Di taman terlarang inilah sang putri selalu menangis untuk menemukan kebebasan. Ia rapuh dan lemah di dalam taman itu tapi di luar taman ia sangat angkuh. Putri Zain tidak pernah menunjukkan raut wajah sedih. Alasan kesedihan paling dalam adalah bahwa kenyataan ia tak bisa melangkah ke luar gerbang negeri Kahlah. Ia hanya bisa bermain di luar Istana ketika Pagelaran Zirah atau ha ri Zirah. Hari Zirah adalah hari berpuisi. Tak boleh berucap bila tak mengeluarkan lafal puisi. Hari Zirah adalah hari luar biasa. Semua alumni sekolah kerajaan datang dan hadir dengan kewajiban yang sama yaitu tidak boleh berbicara tanpa berpuisi. Di saat itulah Putri Zain bebas berjalan-jalan ke Telaga Nazam, ia mencari sosok pemuda misterius yang mengganggu ruang dan segala kiblat hatinya. Kemana saja ia menghadap, bayangan pemuda tampan itu selalu hadir. "Mengapa engkau menyiksaku wahai kekasih ...