Menunggu kata-kata pecah dari bibir malam aku menyemat nelangsa menghitung waktu berputar sambil merayu permainya keindahan aku akui eloknya keanggunanmu berlari terjatuh batinku rapuh terbebas lalu terpenjara dalam pusat kebijaksanaan cinta membebaskan rohaniah sang dewi tapi cinta menyingkap kebiadapan asmara atas namanya aku selalu menjauhi subuh dan burung-burung pagi atas namanya aku selalu mengetuk jendela mimpimu seumpama pagi ini adalah temaram disurga seumpama siang ini adalah langit pelukanmu dan darba kasih sucimu aku pasti akan menukar seluruh syair terindah dalam setiap bait kitab semilirku menjadi mahligai kata yang tidak pernah disaksikan manusia kecuali telaga nazam tempat kita menukar perasaan menempatkan ditempat sesungguhnya