Skip to main content

Fatma | Di Tulis Oleh : ???

 

BEKAR | Bedah Karya #3
Silahkan klik disini => BEKAR untuk gabung
 
Tujuan BEKAR : 
 
Untuk Penulis : Bisa menjelaskan isi tulisan kamu ke pembaca
Untuk Pembaca : Bisa terinspirasi untuk segera membuat karya.
 
ATURAN MAIN :
  • Wajib baca sampai habis cerpen ini.
  • Fokuslah pada jalan cerita. Tulis pertanyaan kamu di komentar, penulis tidak akan langsung menjawab, penulis akan menjawabnya di sesi terakhir pada periode 24 jam.
  • PENULIS UNTUK SEMENTARA KAMI RAHASIAKAN NAMANYA, DAN AKAN DIPANGGIL UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN KAMU DISESI TERAKHIR.
  • Cerpen tayang selama 24 Jam
  • Kirim cerpen kamu ke Email: jisaafta@gmail.com
SELAMAT MENIKMATI KARYA LUAR BIASA INI !

Fatma 
 
Langit sore yang menyejukkan mata. Siluet merah temaram yang sangat menawan, lengkap sudah kini, dengan burung-burung yang berbondong-bondong kembali ke sarang. Angin bertiup lembut. Menyibak helai kerudung putih yang mulai berwarna cokelat kusam. Kerudung lusuh yang selalu setia terpakai guna menutup aurat gadis kecil bermata coklat muda. Senja itu, sang gadis sedang bergeming di atas besar di tepi pantai.
 
“Fatma!” Terdengar suara lantang milik laki-laki bergelar Bapak. Fatma yang mendengar namanya dipanggil, langsung beranjak sambil menenteng buku besar yang ia temukan di tumpukan barang-barang rongsokan yang telah dikumpulkan oleh bapaknya. Bahkan kemanapun gadis ini pergi, buku itu selalu ada di genggamannya.
 
“Ada apa, Pak?” tanya Fatma dengan senyum menawan miliknya.
 
“Tolong bantu Bapak memilah rongsok!” titah Sang Bapak. Tanpa berfikir lama Fatma mengangguk mengiyakan. Begitu jelas terlihat dari mata Fatma, dia adalah gadis yang selalu tulus mengerjakan apapun. Sehingga dia tetap bersyukur walau dia hanya tinggal di rumah kecil yang terbuat dari bambu, bersama bapaknya saja. Karena ibunya telah meninggal saat melahirkannya. Memang terkadang ada siluet sedih di matanya. Saat melihat gadis lain tertawa lepas bersama ibu mereka. Terlebih saat melihat anak-anak yang seumuran dengannya sedang menenteng tas memakai seragam sekolah mereka, hati Fatma sedikit merasakan kesedihan. Tekadnya untuk sukses sangatlah kuat. Hingga dia memutuskan, untuk belajar bersama alam yang selalu memeluknya. Setiap hari, dia berjalan mengelilingi pantai. Menulis dari apa yang dia lihat dengan bahasa sederhana yang ia tahu.
 
Ia belajar memahami alam sekaligus bersyair. Sederhana saja, karena dia sangat mengagumi penyair atau pujangga bernama Kahlil Gibran.
 
*
 
“Buku milik siapa ini?” Suara perempuan dari kejauhan yang sampai ke telinga Fatma. Hingga Fatma baru menyadari, kalau bukunya tidak ada di genggamannya. Seketika dia berlari ke sumber suara.
 
“Itu buku saya,” ucap Fatma sambil menunjuk bukunya yang masih berada di genggaman perempuan asing.
 
“Kamu bernama ... Fatma?” perempuan itu membaca nama Fatma yang tertera di lembar pertama buku itu.
 
“Ya, saya Fatma.”
 
“Perkenalkan, saya Fauziyah.” Fauziyah tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Fatma, “Saya boleh membaca isinya, ‘kan?” tanya Fauziyah sambil menatap lekat wajah Fatma yang sedang tersenyum.
 
“Tentu.” Fauziyah mengajak Fatma untuk duduk. Mereka berbincang-bincang. Termasuk menanyakan tentang pendidikan . sampai saat Fauziyah menanyakan tentang Pendidikan tingkat apa yang kini sedang dijalani oleh Fatma. Membuat gadis bernanama Fatma itu tersenyum dengan mata yang berbinar.
 
“Terakhir, Fatma sekolah saat Fatma duduk di bangku kelas tiga SD, setelah itu Fatma tidak bisa melanjutkan sekolah karena Bapak tidak bisa membiayai. Fatma sedih, tapi Fatma yakin. Fatma bisa belajar, belajar dari apa yang telah Allah ciptakan. Sampai kini Fatma benar-benar telah sadar, setiap ciptaan-Nya itu memiliki arti dan alasan yang bisa kita pelajari,” jelas Fatma lalu menatap Fauziyah yang merasa haru. Fauziyah yang mendengar penjelasan
 
Fatma merasakan getaran di hatinya. Karena dirinya sendiri yang kini sudah bergelar sarjana. Terkadang belum bisa belajar dari apa yang telah Allah ciptakan.
 
Fauziyah yang kini menjadi sarjana sastra. Menawari Fatma untuk menjadikan tulisannya menjadi sebuah buku antologi. Di mana hasil penjualannya bisa dia gunakan untuk kebutuhannya.
Fatma yang mendengar kebaikan hati Fauziyah langsung berkaca-kaca dan seketika memeluk Fauziyah dengan erat. Ada air mata kebahagiaan di wajah Fatma juga Fauziyah.
 
“Tentu ... Fatma mau. Terima kasih Kak Fauziyah, Kakak begitu baik,” ucap Fatma masih memeluk erat tubuh Fauziyah. Waktu terus berjalan, semenjak senja waktu itu. Buku Fatma dijual di beberapa toko buku yang tersebar di kota itu. Hingga lambat laun, kini Fatma memiliki beberapa buku antologi. Bahkan kini dia mengajar sastra di rumah sastra miliknya sendiri. Baginya, ilmunya yang hanya sedikit itu, setidaknya bisa membantu mereka yang memiliki tekad ingin menggapai mimpi mereka. Fatma, kini dikenal sebagai gadis yang memiliki karya hebat. Dia bisa sukses seperti ini karena apa? karena tekadnya untuk sukses sangatlah kuat.
 
Dia serius menggapai mimpinya, walau dia hanya bergurukan ciptaan-Nya. Buktinya dia saja bisa sukses, apalagi yang belajar bersama guru dan ciptaan-Nya. Pasti, bisa lebih sukses dari Fatma. Kuncinya, Ikhtiar (berusaha), Tawakal (menyerahkan semuanya pada-Nya), dan Berdo’a.
 
- End -
 
Penulis akan di hadirkan disesi terakhir. Tulis pertanyaan kamu tentang alur ceritanya, pertanyaan kamu akan di jawab sekaligus disesi terakhir.
 
Kirim cerpen kamu ke Email: jisaafta@gmail.com
Silahkan klik disini => BEKAR untuk gabung

Comments

Popular posts from this blog

Bukan Karya Sastra

  Karya Semilir adalah bukan karya sastra. Karya ini sebenarnya bukan puisi.  Kitab Semilir adalah buku yang berisi tentang karya semilir.  Karya semilir adalah karya seni menulis dengan tinta kebebasan.  Menuangkan emosi dalam tata urut dan pemaknaan secara rinci, teliti, detail dan penuh samaran dengan gaya bahasa semilir. Kekuatan Karya Semilir 1. Tidak adanya unsur pengulangan kata dan pengulangan makna adalah salah satu kekuatan karya semilir yang tidak akan anda temui pada semua karya     seni sastra tulis didunia ini.  Bila anda membaca semilir dan memperoleh kesan pengulangan makna, sesungguhnya itu bukan pengulangan, tapi itu penekanan pemahaman. Sebab     manusia terkadang tidak memaknai isi tanpa penekanan pemahaman. 2. Kosa kata baru dan mungkin unik, mungkin pula anda sama sekali tak pernah menjumpai kata kata dalam karya semilir ini sebelumnya.  Bila anda membuka Kamus Bahasa Ind...

Novel CATATAN BODOH ( Cuplikan 2 )

Taman terlarang sesungguhnya taman paling indah. Tapi taman ini hanya boleh di masuki Putri Zain. Di taman terlarang inilah sang putri selalu menangis untuk menemukan kebebasan. Ia rapuh dan lemah di dalam taman itu tapi di luar taman ia sangat angkuh. Putri Zain tidak pernah menunjukkan raut wajah sedih. Alasan kesedihan paling dalam adalah bahwa kenyataan ia tak bisa melangkah ke luar gerbang negeri Kahlah. Ia hanya bisa bermain di luar Istana ketika Pagelaran Zirah atau ha ri Zirah. Hari Zirah adalah hari berpuisi. Tak boleh berucap bila tak mengeluarkan lafal puisi. Hari Zirah adalah hari luar biasa. Semua alumni sekolah kerajaan datang dan hadir dengan kewajiban yang sama yaitu tidak boleh berbicara tanpa berpuisi. Di saat itulah Putri Zain bebas berjalan-jalan ke Telaga Nazam, ia mencari sosok pemuda misterius yang mengganggu ruang dan segala kiblat hatinya. Kemana saja ia menghadap, bayangan pemuda tampan itu selalu hadir. "Mengapa engkau menyiksaku wahai kekasih ...

Kitab Semilir - Telaga Nazam

Buku Digital Kitab Semilir Memperhatikan kebiasaan teman2 yang sering online dan jarang membaca buku, maka saya mencoba menyajikan Buku Digital Kitab Semilir langsung di baca di Handphone teman2. Pemesanan nya pun sangat simple, langsung di kirim via WhatsApp. Kemana-mana teman2 tidak perlu lagi membawa buku, hanya cukup membaca buku digital Kitab Semilir Jisa Afta di Handphone. Sambil membaca Buku Digital Kitab Semilir sambil facebookan. Cttan : Jumlah halaman : 328 Halaman. Hubungi : 081241518638 WhatsApp / SMS Facebook Jisa Afta Facebook Ria M Assalaamualaikum Salam kasih untuk semuanya Aku sangat menyesal beli buku ini, kau tahu knp karena baru sekarang kutemukan kok tdk dulu dulu. Buku yg sangat menghormati pembaca, menyanjung, belum sepertiga dari kedua buku ini kubaca aku sudah terusir dari buku ini agar tdk terjebak dalam membaca ingin rasanya kutumpahkan segala isi jelaga jiwa...menghancurkan dendam yang menjadi sekat tipis per...