Bedah Karya
Two Worlds
Penulis : Adalah Anggota GRUP FB Jisa Afta
Berkomentar lah dan berikan masukan atau pujian sesuai konteks.
Selamat Membedah Karya Luar Biasa Ini :
Two Worlds
“Jangan berhenti!”
Sekali lagi Glowi berteriak saat
melihat langkah kaki Misha mulai goyah.
“Aku sudah tidak kuat, aku sangat
mengantuk.”
“Baiklah, kau boleh tertidur. Tapi
tidak di Emerdon ini!”
Misha terus berusaha menjauh dari
tanah lapang penuh duka itu. Meninggalkan Glowi yang berusaha menahan Ematte
agar tidak mengejarnya. Jika Ematte menangkap Misha di Emerdon, maka gadis itu
tidak akan pernah bisa kembali ke alam nyatanya.
“Kau sunggu bodoh! Jika aku
menangkapnya dan mengambil jantung gadis itu. Maka kalian akan hidup bahagia
selamanya di dunia ini.”
“Aku tidak akan membiarkan itu
terjadi!”
“Apa kau tidak ingin hidup bahagia
dengan gadis yang kau cintai?”
“Tidak, jika itu harus merenggut
nyawanya!”
“Bodoh!”
Ematte mencengkram kerah baju
Glowi, mengangkat pemuda bertubuh kekar itu ke udara sebelum menghempaskannya
ke tanah.
“Austin, kejar gadis itu! Jangan
biarkan ia sampai di Flowa!” perintah Ematte pada burung gagak besar yang
sedari tadi memperhatikan pertempurannya dengan Glowi.
Austin mengejar Misha yang berlari
semakin cepat menuju Flowa. Ternyata gadis berusia 22 tahun itu telah terbebas
dari mantra kantuk yang ada di Emerdon.
“Aku harus segera sampai ke Flowa…
Ah, Austin? Aku harus bersembunyi, aku tidak boleh tertangkap olehnya.”
Mista berlari memasuki hutan,
bersembunyi di antara rimbunnya pepohonan. Menunggu hingga burung gagak
berukuran besar itu menghilang.
……
Cukup lama Austin berputar-putar
di atas langit hutan untuk mencari keberadaan Misha, sehingga ia menyerah dan
kembali ke Emerdon untuk memberi kabar bahwa Misha telah berhasil lolos dari
kejarannya.
“Bodoh!!!”
Ematte murka mendengar kabar itu,
wanita itu mencambuk Austin hingga sayapnya patah.
“Buat apa aku memelihara kau
selama ini, jika menangkap seorang gadis saja kau tidak bisa? Lebih baik kau
mati!”
Glowi menangkap cambuk yang hampir
mengenai tubuh Austin, “Cukup, ibunda!” ucapnya, “hentikan semua ini! Sudahi
dendammu pada manusia.”
“Apa maksud ucapanmu itu, Glowi?
Apa kau tidak sadar bahwa manusialah yang menghancurkan keluarga kita?”
“Apa ibunda tidak ingat bahwa aku
juga manusia? Jika ibunda membenci manusia, itu artinya ibunda juga
membenciku.”
“Bagaimana mungkin aku membencimu?
Kau adalah darah dagingku sendiri, Glowi.”
“Tapi aku juga manusia, ibunda.
Berarti ibunda juga membenciku.”
Ematte mengerang, amarah dan
kesedihan bercampur dalam hatinya. Ia melempar alat cambuk itu ke tanah. Lalu
membiarkan Austin meringsut menjauhinya. Gagak itu sudah tidak kuat lagi untuk
terbang, kedua sayapnya telah patah akibat dicambuk oleh Ematte.
“Ibunda, jika ayah tidak
mengingatmu. Itu bukanlah kesalahannya, ibunda. Bukankah kau tahu hakekat kita?
Kita hanyalah mimpi bagi manusia. Saat mereka terbangun, maka ingatan mereka
tentang kita akan menghilang.”
Ematte menarik nafas dalam, lalu
menghembuskannya dengan berlahan. Dadanya terasa sesak, apa yang dikatakan
Glowi memang benar. Hakekat mereka hanyalah sebatas mimpi.
“Ibunda, aku mohon jangan membenci
manusia lagi. Karena itu sama artinya ibunda membenci diriku.”
Raut wajah Ematte yang tegang dan
penuh emosi, sekarang berubah menjadi sendu. Ucapan Glowi begitu mirip dengan
ucapan pemuda yang ia cintai.
“Ibunda, ku mohon padamu. Jangan
kau teruskan lagi dendammu.”
“Tapi manusialah yang telah
terlebih dahulu menghancurkan kehidupanku.”
“Bukan, ibunda. Ibundahlah yang
telah menghancurkan kehidupan ibunda sendiri dengan mencintai manusia tanpa
menyadari hakekat ibunda.”
“Hakekat? Apa itu? Aku tidak tahu
dan tidak mau tahu. Yang aku tahu, aku telah jatuh cinta pada manusia dan ia
telah meninggalkanku seorang diri,” suara Ematte bergetar menahan tangis.
Melihat mata Ematte yang mulai
berkaca-kaca, Glowi memeluk tubuh wanita itu dengan erat, “Ibunda, kau tidak
salah mencintai manusia… tapi kau salah mengharapkan cinta dengan cara
memaksakannya, sehingga kau terluka saat melihat orang yang ibunda cintai memilih
gadis lain,” katanya.
“Aku mencintainya, Glowi.”
“Jika ibunda mencintai ayah, maka
ibunda tidak akan terluka melihat ayah bahagia dengan wanita lain… ah, mungkin
luka itu ada, tapi tidak sampai menimbulkan dendam. Itu yang namanya cinta,
ibunda.”
“Ya. Mungkin kau benar, Glowi…
maafkan aku, nak. Aku hampir membunuh kekasihmu, cinta tulusmu padanya telah
menyadarkan aku dari dendam ini.”
“Aku senang ibunda telah menyadari
kesalahan ibunda.”
“Ayo, nak. Kita antarkan kekasihmu
kembali ke alamnya, ibunda juga ingin meminta maaf padanya.”
“Iya, ibunda.”
……
Misha merasa keadaan di luar hutan
telah aman, ia berlari menuju Flowa. Betapa terkejutnya ia melihat Ematte dan
Glowi telah lebih dulu berada di pintu dunia lain ini.
“Berhenti, Misha! Jangan lari
lagi, aku datang menemuimu bukan untuk membunuhmu. Namun aku ingin meminta maaf
padamu,” kata Ematte saat melihat Misha berbalik dan hendak menghindarinya.
Dengan kebingungan di benaknya,
Misha berbalik menatap Ematte dan Glowi, “meminta maaf?” tanyanya.
“Ya, maafkan aku telah hampir
membunuhmu.”
“Tapi kenapa kau ingin membunuhku?
Apa salahku padamu?”
“Aku yang akan menjawab semua
kebingunganmu,” kata Glowi.
“Baiklah, aku akan memaafkanmu
Ematte. Kau juga tidak sempat melukaiku, hanya saja kau membuatku hampir jantungan.”
“Maafkan aku.”
“Iya.”
……
“Ematte adalah ibundaku, ia tidak
sengaja menemukan mantra pemanggil arwah manusia ke alam mimpi ini saat
berlatih sihir 22 tahun lalu. Ia mencoba mempraktekkannya, sehingga ia bertemu
dengan ayahku. Sejak saat itu, ibunda jatuh cinta pada ayahku. Namun ia kecewa
ketika mengetahui bahwa ayah akan melupakannya saat bangun dari tidur.”
“Jadi, Ematte itu adalah ibundamu?
Lalu kenapa kau larang aku untuk tertidur di Emerdon?”
“Aku melarang kau untuk tidak
tertidur di Emerdon karena aku tidak ingin kau mati. Semua orang yang arwahnya
tertidur di Emerdon, mereka akan mati.”
“Mati?”
“Ibunda membuat Emerdon awalnya
untuk menjebak ayah, ia ingin ayah tidak melupakannya dengan cara ibunda harus
mengandung anak dari manusia. Tapi, itu sama sekali tidak berpengaruh. Ayah
tetap saja melupakannya saat ia terbangun dari tidur, bahkan ayah menikah
dengan gadis lain.”
“Jadi, kau setengah manusia?”
“Iya. Aku bisa berada di alam
manusia dan alam mimpi, karena itu adalah anugrah yang aku miliki dari lahir.”
“Lalu apa sangkut pautnya Emerdon
dan Flowa? Mengapa kau menyuruhku untuk berlari ke sini?”
“Emerdon adalah jebakan untuk
arwah manusia. Jika kau tertidur di Emerdon, maka kau akan sulit bangun lagi.
Ibundaku akan gampang untuk membunuhmu dengan merobek tubuhmu dan menghancurkan
jantungmu. Dengan begitu kau akan mati di alam nyata, namun kau akan hidup di
alam ini. Sedangkan Flowa adalah pintu yang telah berhasil aku buat sebagai
penguasa dua dunia. Dengan kekuatan yang aku miliki, aku berhasil membuat pintu
penembus ke dunia manusia. Dan hanya melalui Flowa kau akan bisa kembali ke
alam nyatamu.”
“Begitu rupanya. Aku baru mengerti
sekarang.”
“Baiklah, sekarang sudah mulai
pagi di dunia nyata. Sebaiknya kau kembali.”
“Tapi, apa kita bisa ketemu lagi?”
“Tentu saja, kapanpun kau
merindukanku. Maka pejamkanlah matamu dan berusahalah mengingatku. Saat itu
perasaan rindumu akan tersampaikan padaku, sehingga aku akan membuka pintu
Flowa ini khusus untukmu.”
“Akan selalu aku ingat dirimu dan
tempat ini, sehingga kita dapat bertemu kembali. Aku pulang dulu.”
“Pulanglah!”
Misha berjalan menuju pintu di
ujung Flowa, membukanya dan kembali masuk dalam tubuhnya.
“Selamat bangun Misha dan jangan
lupakan aku. Seperti aku yang tidak akan pernah melupakanmu.”
~End~
Penulis: Yulia Roza
Comments
Post a Comment
Silahkan tulis komentar disini