Skip to main content

BEKAR | Bedah Karya #21 Bunga Air

Bedah Karya Bunga Air

Penulis : Adalah Anggota GRUP FB Jisa Afta
Berkomentar lah dan berikan masukan atau pujian sesuai konteks.
Selamat Membedah Karya Luar Biasa Ini :


Bunga Air

Laila melirik jam dinding dekat kaca yang menempel di tembok kamar. Pukul 21.45. Gadis yang gemar berlari itu mulai ketakutan. Hal apa lagi yang akan terjadi padanya. Pikirannya masih terbayang kejadian aneh beberapa hari lalu yang disaksikannya. Ia bergegas menuju tempat tidur, membenamkan seluruh tubuh di bawah selimut tebal berwarna merah muda. Jantungnya berdebar kencang, matanya terpejam namun telinganya mendengar. Ia memaksa dirinya tidur, tapi tak mau juga hatinya tidur. Kening gadis berkulit putih itu mulai bercucuran keringat dingin. Badannya kaku seolah tak bisa digerakkan. Ia benar-benar dikepung ketakutan. Ditambah kesunyian malam membuat jam dinding terdengar keras setiap detiknya.
Telunjuknya mulai menyinar cahaya terang yang kemudian secara perlahan menyebar ke seluruh tubuhnya. Bergegas ia duduk, sembari memandang heran telapak tangan yang bercahaya terang bak rembulan. Mata beningnya melirik jam dinding, pukul 22.00 rupanya. Selimut merah muda tampak menyimpan cahaya dibaliknya. Selimut setebal dua cm itu tak mampu menghalangi cahaya yang terus memancar dari pori-pori tubuh mungilnya.

Tak hanya tubuh, ruangan disekeliling pun menjadi berubah. Jam dinding, kaca, lemari, meja belajar, bahkan lantai entah menghilang kemana. Semua berubah putih terang.

Ia menutup mata dengan kedua tangannya. Tak mampu melihat silau cahaya disekitarnya.

"Hai, Laila. Bukalah matamu, cantik."

Suara lelaki terdengar berat memanggilnya.

Laila membuka matanya perlahan. Ruangan tak lagi terang. Disekelilingnya tumbuh pohon menjulang tinggi seolah menyentuh langit.

"Hei, ini bukan kamarku, ini bukan di bumi. Ini di atas air. Aku di atas air." Laila berkata gemetar.

"Iya, nak. Inilah rumahmu. Tempat tinggalmu." Sosok tinggi besar berjubah merah tersenyum di depannya. 

"Astaga. Siapa kau? Dimana aku?" Laila berseru bertanya. Dadanya berdegup kencang.

"Jangan takut nak, inilah rumahmu."

"Tidak! Rumahku bukan disini." Laila berteriak.

"Ini rumahmu! Tempat tinggal yang kau tinggalkan." Sosok dengan bola mata merah itu berseru marah.

Laila menelan ludah. Keringat dingin bercucuran di keningnya.

"Maafkan aku nak, apakah aku membuatmu takut?" Sosok itu berjalan mendekat ke arah Laila.

"Besok adalah hari hujan bintang bulan purnama. Kau harus disini untuk mengambilkan Bunga Air untukku. Karena hanya Sang Putri yang bisa melakukannya." Sosok itu berdiri tepat dihadapan wajah Laila.

Laila mematung. Tubuhnya terasa kaku.

"Tidurlah nak, persiapkan dirimu. Ada waktu dua puluh tiga jam beristirahat sebelum hujan itu turun." Sosok itu menginjakkan kaki di air yang sebenarnya adalah lantai tempat berpijak. Keluar air dari dalam air. Seperti ombak air laut yang menjulang ke atas. Muncul sebuah dipan transparan dengan kasur lembut juga transparan.

"Tidurlah." Sosok itu memudar. Hilang.

Laila tertegun. Apa yang baru saja disaksikannya. Dia berada dimana. Apakah ia sedang bermimpi. Apa itu hujan bintang bulan purnama. Bunga air. Bunga macam apa itu.

Pikiran Laila dipenuhi segudang pertanyaan tanpa ada yang menjawab. Takut hendak melangkah, bagaimana jika ia tenggelam ke dasar.

Tamat -


Kirim cerpen kamu ke Email: jisaafta@gmail.com ( cantumkan akun Fb kamu di email) 




Penulis: Yeni Ipma

Comments

Popular posts from this blog

Bukan Karya Sastra

  Karya Semilir adalah bukan karya sastra. Karya ini sebenarnya bukan puisi.  Kitab Semilir adalah buku yang berisi tentang karya semilir.  Karya semilir adalah karya seni menulis dengan tinta kebebasan.  Menuangkan emosi dalam tata urut dan pemaknaan secara rinci, teliti, detail dan penuh samaran dengan gaya bahasa semilir. Kekuatan Karya Semilir 1. Tidak adanya unsur pengulangan kata dan pengulangan makna adalah salah satu kekuatan karya semilir yang tidak akan anda temui pada semua karya     seni sastra tulis didunia ini.  Bila anda membaca semilir dan memperoleh kesan pengulangan makna, sesungguhnya itu bukan pengulangan, tapi itu penekanan pemahaman. Sebab     manusia terkadang tidak memaknai isi tanpa penekanan pemahaman. 2. Kosa kata baru dan mungkin unik, mungkin pula anda sama sekali tak pernah menjumpai kata kata dalam karya semilir ini sebelumnya.  Bila anda membuka Kamus Bahasa Ind...

Novel CATATAN BODOH ( Cuplikan 2 )

Taman terlarang sesungguhnya taman paling indah. Tapi taman ini hanya boleh di masuki Putri Zain. Di taman terlarang inilah sang putri selalu menangis untuk menemukan kebebasan. Ia rapuh dan lemah di dalam taman itu tapi di luar taman ia sangat angkuh. Putri Zain tidak pernah menunjukkan raut wajah sedih. Alasan kesedihan paling dalam adalah bahwa kenyataan ia tak bisa melangkah ke luar gerbang negeri Kahlah. Ia hanya bisa bermain di luar Istana ketika Pagelaran Zirah atau ha ri Zirah. Hari Zirah adalah hari berpuisi. Tak boleh berucap bila tak mengeluarkan lafal puisi. Hari Zirah adalah hari luar biasa. Semua alumni sekolah kerajaan datang dan hadir dengan kewajiban yang sama yaitu tidak boleh berbicara tanpa berpuisi. Di saat itulah Putri Zain bebas berjalan-jalan ke Telaga Nazam, ia mencari sosok pemuda misterius yang mengganggu ruang dan segala kiblat hatinya. Kemana saja ia menghadap, bayangan pemuda tampan itu selalu hadir. "Mengapa engkau menyiksaku wahai kekasih ...

Kitab Semilir - Telaga Nazam

Buku Digital Kitab Semilir Memperhatikan kebiasaan teman2 yang sering online dan jarang membaca buku, maka saya mencoba menyajikan Buku Digital Kitab Semilir langsung di baca di Handphone teman2. Pemesanan nya pun sangat simple, langsung di kirim via WhatsApp. Kemana-mana teman2 tidak perlu lagi membawa buku, hanya cukup membaca buku digital Kitab Semilir Jisa Afta di Handphone. Sambil membaca Buku Digital Kitab Semilir sambil facebookan. Cttan : Jumlah halaman : 328 Halaman. Hubungi : 081241518638 WhatsApp / SMS Facebook Jisa Afta Facebook Ria M Assalaamualaikum Salam kasih untuk semuanya Aku sangat menyesal beli buku ini, kau tahu knp karena baru sekarang kutemukan kok tdk dulu dulu. Buku yg sangat menghormati pembaca, menyanjung, belum sepertiga dari kedua buku ini kubaca aku sudah terusir dari buku ini agar tdk terjebak dalam membaca ingin rasanya kutumpahkan segala isi jelaga jiwa...menghancurkan dendam yang menjadi sekat tipis per...