Tertuang haru gemetarlah ragaku
menatap syair-syairmu wahai kekasih
kulangkahkan kedua kakiku
membelah malam diantara teriakan burung-burung kum
aku ingin kembali ke dalam kelas-kelas puisi
menatap syair-syairmu wahai kekasih
kulangkahkan kedua kakiku
membelah malam diantara teriakan burung-burung kum
aku ingin kembali ke dalam kelas-kelas puisi
Ingin memutar waktu
dan memberanikan diri
mengungkapkan isi hati
membiarkan engkau membaca catatan bodohku
dan memberanikan diri
mengungkapkan isi hati
membiarkan engkau membaca catatan bodohku
Kini sang kegelisahan jadi stupa
menyeringai ditelingaku
desahan harpa tak lagi indah
menyeringai ditelingaku
desahan harpa tak lagi indah
Ku duduk di depan perapian
apa yang tak sempat di bisikkan kebodohanku
adalah penyesalan yang melukai batinku
apa yang tak sempat di bisikkan kebodohanku
adalah penyesalan yang melukai batinku
Engkau wahai Putri Zain
telah mengajari makna nyanyian di atas titian telaga nazam
kebenaran telah menggubah tirani jadi keindahan
telah mengajari makna nyanyian di atas titian telaga nazam
kebenaran telah menggubah tirani jadi keindahan
Kudatangi para petapa
duduk disisinya
ku dekati para pemahat
duduk disisinya
duduk disisinya
ku dekati para pemahat
duduk disisinya
Ku tanyakan makna khayalannya
kutanyakan makna titah lamunannya
kutanyakan makna titah lamunannya
Duduk disisinya
lalu ku tuliskan dalam kitab semilir ku
setiap goresan ketidaktahuanku
mengikatnya jadi satu
membiarkan kelupaanku pada bisu
lalu ku tuliskan dalam kitab semilir ku
setiap goresan ketidaktahuanku
mengikatnya jadi satu
membiarkan kelupaanku pada bisu
Aku ingin mencari batas keyakinan ku pada ilmu
aku ingin menjadi pelupa agar aku dapat melupakan cintaku pada keajaiban keanggunan mu
aku ingin menjadi pelupa agar aku dapat melupakan cintaku pada keajaiban keanggunan mu
~ * ~
Jisa Afta
Jisa Afta
Comments
Post a Comment
Silahkan tulis komentar disini