Skip to main content

BUKIT KESAL CERITANYA HATI

BUKIT KESAL  CERITANYA HATI


Entah darimana asal mulanya mungkin bisa ditebak mungkin  saja tidak..  Aku  tak  tahu  pasti bagaimana itu atau  bisa saja semua  kebetulan.
Dan kebetulan hatiku penuh gusar mencari arah yang mana aku tuju untuk menghapus segala jejak  amarah yang sedang  bergelonjak di dadaku karena  seseorang telah membuatku marah besar yang  telah menghancurkan harapan hidupku tanpa sebab.

"Kenapa kau tega melakukan ini padaku hai diza? Apa salahku diza? Seharusnya kau hargai aku., diza? Tapi kau malah  sebaliknya,, aku benci diza,,  akuu benciii... "Teriakku terus  berlari tanpa mempedulikan kakiku yang telah penuh luka oleh injakkan batu-batu runcing karena  pergi tanpa alas tak sempat  memikirkannya.  Hati ini penuh  kecewaan yang membara tak mempedulikan orang-orang sedang  memanggilku termaksud ayah ibu yang telah menyaksikan masalahku dengan diza...
Aku  terus berlari..  Berlari ..   Berlari tanpa  arah..
Akhirnya  aku jatuh terduduk dengan  napas yang sesak, lelah penuh  tangisan yang bagai hujan begitu  deras..
"Kenapa? Kenapa? Kenapa? " kataku meratapi memeluk lutut menutup wajahku,  membiarkan pakaianku kotor kenal lumpur becakkan tanah yang masih  basah oleh  hujan  deras semalam..

" hai. Maaf..  Ngapain kamu disitu!? "Tegur seseorang  menghampiriku tapi  aku tak menghiraukannya tetap memilih  menangis dalam senyapnya hatiku yang tadi begitu penuh kemarahan,  tak peduli dengan suara yang terdengar sapa ramah laki-laki  yang terus  berjalan mendekatiku.. Aku ingin  sendiri, sungguh  ingin  sendiri,  tak  ingin  diganggu oleh siapa pun..
Namun dia tetap  saja melangkah ke arahku bahkan telah berada disampingku mencoba menyentuhku

"Hai,, ngapain kamu sini,? Tak  baik  sini, ayuk berdiri"ajaknya

Tapi aku  tetap saja tak  mempedulikannya, malah makin erat memeluk lututku dengan muka masih  terbenam diantara  dua lutut, terisak dalam.  Tapi  dia tak menyerah, ikut  duduk  disampingku bagai ingin  menemaniku.
Aku  yang tak ingin  diganggu terasa terganggu
"Ngapain nih orang!?, pergi sana! "Kataku dalam hati yang belum  mau bersuara apalagi mengangkat wajahku.
Namun ku dengar dia mulai terdengar bernyanyi,  suara nya begitu merdu dan indah yang membuat  diri terasa langsung melayang..

" duhai..  Hati yang  sedang  terluka..
Berharap semua berakhir..
Karena  kekecewaan ini begitu  menikam dadaku...
Begitu menikam dadaku.
Sulit ku terima kenyataaan ini...
Memang  sulit ku terima  kenyataan ini ..
Ingin ku pergi..
Ingin ku hilang dari  semua  ini.
Namun  ku  tak tentu  arah kemana...
Tak tentu  tujuan..
Hanya  tangisan yang  menyesakkan dada dihatiku tentang kenyataan ini.
Hingga aku  akhirnya memilih tetap berdiri diantara  ombak kehidupan yang begitu ganas..
Agar aku  tak  kehilangan iman yang telah  ku peluk...
Agar aku  tak meredupkan cahaya  yang telah menyinari.
Dalam  titah ilahi sang pendekar...
Yang telah ditakdirkan... "

Aku  mulai  mengangkat wajahku , tampak dia tersenyum tulus padaku begitu suara merdunya terhenti..

"Aku afdal,  yuk  berdiri,  tak baik duduk sini  "ajaknya

Aku pun menurut bagai patuh mendadak setelah mendengar kata-kata lagunya.

 "aku mirah "kataku pendek masih  enggan bersuara.

"Pake sandal ku ini ،biar aman telapak kakimu, ku lihat kakimu terluka "katanya memberi sandalnya padaku.

Aku menurut mulai memakai sandalnya
 "aduh! " ku mengeluh  sesaat,  disaat  kakiku menyentuh sandalnya.

"Napa? Pa bisa berjalan? Atau  ku gendong saja diri mu? "Tanyanya khawatir dengan  menawar diri

"Tidak, aku  bisa  berjalan sendiri"kataku menolak cepat  disaat tangannya terlihat  ingin  mengendongku.

" ohw.. yaa udah..  Hati-hati saja jalan،  pelan-pelan saja jalannya"katanya memapahku

Aku hanya mengangguk menurut..
Terus berjalan  kemana  dia memapahku, aku  melirik  diam-diam wajahnya tampak  air muka ketulusan yang  benar-benar tulus...

"Hmmm,,  duduk sini dulu yaa? Aku belikan air minum sana biar segar dirimu "katanya setelah  tiba disebuah bangku yang seperti halte sambil menunjuk ke sebuah kedai didepan .
Aku hanya  membisu tapi  disaat dia  beranjak,  aku bersorak memanggilnya
"Afdal..   Tunggu..!  Pakai sandalnya.. ", kataku melepas sandalnya yang  ku pakai



"Pakai aja olehmu dulu, aku tak  apa-apa tak  pakai sandal,  udah  biasa, kakimu terluka  nter bisa masuk kuman kalau dibiarkan, tunggu sini dulu ya?"  Katanya mulai  beranjak lari ke arah  ke kedai.

'"Hmm..  Makasih  yaa "kataku pelan..
Dia mengangguk tersenyum berbalik arah berlari menuju kedai seakan akan begitu khawatir tentangku

"Pak,  beli air itu pak? '' tanyanya  setelah tiba didepan kedai.

"Ini nak" katA penjual memberikan air yang ditunjuki nya


"Obat luka ada pak? "Tanyanya lagi..

"Ada,  tunggu sebentar ya??saya ambilkan dulu ", katanya menuju sebuah rak-rak yang  tampak  sekumpulan ragam obat baik alami maupun buatan.

"Ini  nak,  siapa  yang  luka nak? " tanya penjual sambil  memberi obat  yang dibelinya.

"Itu  pak, teman  saya,  berapa  semuanya  pak? Jawanya sambil  menunjukku diujung jalan yang  pas didepan kedai sambil bertanya  lagi.

"Oohw .  25 ribu nak ", kata penjual  itu tak  ingin bertanya lagi  walau  hatinya penasaran tapi dia urung karena pembeli lain datang ramai ..


"Ini pak.,  makasih  ya pak'  katanya pamit langsung  berlari  ke arah  ku

Sipenjual mengangguk berbisik dalam hati "anak muda yang baik,  sungguh  perhatian pada temannya, "

Begitu  tiba didepanku

"Nih،، minumlah biar segar dirimu" katanya  memberikan air yang dibeli barusan.

"Makasih" tapi ngapain  kamu  gitu? " ucapku pelan memandang heran melihat nya  membungkuk

"Sini kakimu?. " katanya

"Buat apa? " tanyaku makin  heran.

"Diobati,  ayo sini kakimu, tak usah bengong gitulah" katanya meraih kakiku.
.
"Aku tak apa-apa kok, Tak usah  repot-repot gini, luka  biasa kok"kataku nolak tapi dia sudah  meraih kakiku yang terluka.
Dengan begitu teliti dan pelan mengobati kakiku, aku  sekali kali meringis kesakitan disaat ia menyentuh lukaku.
.
" sudah  selesai, kakimu akan sembuh segera"


"Hmm,,  makasih, kenapa kamu  mau  menolongku? "


"Mang kenapa!? " tanyanya heran

"Bukan kah kita tak  kenal?mana tahu aku orang  gila? "Jawabku asal

"Tak kenal bukan berarti  tak mau  menolong, kita  harus  saling menolong, tentang gila kamu tak mungkin gila, buktinya sudah terlihat "katanya menunjukku


"Hmmm" aku  terdiam

"Baiklah,  sini aku antar kamu pulang?  Biar kamu tak kesusahan berjalan, "tawarnya lagi.

"Tidak..  Aku tak  mau   pulang "kataku pontan.

"Kenapa?? "

"Bukan  urusanmu,,  jika kamu tak  sudi lagi  berdiri  disini,  pergilah.! "



"Bukan  begitu maksudnya?kamu har... "

"Sudahlah, pokoknya  aku  tak mau  pulang,  titik..  "kataku  memotong

"Kenapa tak mau pulang? Orangtuamu pasti khawatir" Tanyanya tak menyerah 

"Bukan urusanmu, jangan  bertanya lagi, jangan bahas lagi", kataku mulai  marah..


Okee.  Okelah. Tapi  kamu akan  tinggal  dimana?." katanya perhatian

"Tak tahu" kataku pendek.


Semua menjadi hening berbisikkan hati  masing-masing.
"Andai kamu mau  menceritakannya padaku pasti aku setia mendengarmu walau aku  baru mengenalmu tapi begitu  menatap wajah sedihmu, marahmu padaku,  aku  bagai  tahu  apa yang terjadi  padamu, dan seandainya jika ada jarum yang jatuh pasti mampu mendengar suara  ditengah keheningan duka,  semua akan  bercerita  tentangmu tentang dukamu.." bisik afdal dalam  hati.
"Kenapa kamu masih  disini? Kalau ingin pergi,  pergilah, tak usah hiraukan aku... " kataku membuyarkan lamunannya.


"Jangan begitu dong mirah,  Tak mungkin aku tega meninggalkanmu sendirian tanpa arah. , tak baik lah  ".


"Kok kamu peduli  amat padaku, Sedangkan orang-orang disekitarku tak peduli padaku malah menyakitiku setelah ku tahu semuanya palsu. "


". Mirah, kita manusia harus  saling menolong, saling peduli, aku tak  enak hati melihatmu tinggal sendirian dan kamu jangan mudah  dikuasai pikiran yang negatif  terhadap orang-orang sekitarmu,  semua itu belum tentu benar,  *

"Sudah,!  jangan bahas lagi,"  kataku memotong, sungguh hati ini sedang tak menentu, semua ntah kenapa terasa muak mendengarnya.


"Baiklah ,kalau memang  kamu tak mau pulang kerumah dan tak punya  arah yang pasti terhadap tujuanmu,  ayo.  Ikuti aku ke suatu tempat,  " kata afdal setelah menatapku begitu lama dalam hening.

"Kemana..?... tak usah.. Jangan macam - macam" kataku tak mempedulikan kata-katanya, sungguh  semua  kekecewaan hati ini membuat diriku bukan diriku lagi.

 "Ayo ..  Ikuti saja aku dulu, aku tak macam-macam, tapi aku jamin semua akan memulihkan suasana hatimu, percayalah padaku.."  Kata Afdal menarik tanganku yang berdiri mematung, kakiku terasa tak sakit lagi setelah diobati olehnya,  yang masih memakai sandalnya.

"Ayo,. Mirah...percayalah padaku  " kata afdal lagi untuk meyakini ku yang masih  mematung diam menarik tanganku dalam pegangan eratnya dipergelangan tanganku agar aku mau mengikutinya..
Ntah napa kakiku tiba-tiba saja  mau melangkah mengikutinya walau hatiku masih  menolak ajakkannya karena tak tahu kemana  ia akan membawaku,  bermacam-macam pertanyaan yang muncul dikepalaku namun  melihat wajahnya  yang tersenyum  tulus membuatku tak mampu lagi menolaknya, diri ntah kenapa jadi penurut melihat  kebaikkannya padaku..
Dalam perjalanan menuju ke suatu tempat itu dia terlihat bernyanyi lagi .  aku yang berjalan disampingnya yang pergelangan tanganku  masih dalam genggamannya hanya  membisu mendengarnya,,  suaranya sungguh terasa merdu bagiku.

Negeri calabi...
Negeri calabi..
Negeri calabi, .
Ku tersenyum bahagia bersama  cahaya  langit biru...
Disaat hati yang penuh  terluka.
Ku pandanglah ia dari segala rasa yang ingin membunuhku...
Negeri calabi....
Negeri calabi...
Negeri calabi...
Negeri yang membawaku penuh cinta...
Disaat hati dipenuhi kebencian..
Ia menggugurkan semuanya menjadi cinta....
Negeri calabi  ...
Negeri cahaya cinta.....


👊👊👊👊👊👊👊👊👊👊👊
💔💔💔💔💔💔💔💔💔💔💔

Ditempat lain..

"'Dizaaa..  Ini semua gara-gara kau dizaa.... Kau telah melukai mirah, Kau telah menghancuri harapan mirah .. Kenapa kau tega melakukan ini diizaa?  mirah  saudara  kembar kau? Adik kau sendiri diza? ?mau apa kau???.  " teriakkan marah ibuku  menggetarkan seluruh orang yang ada disana setelah melihatku pergi dari rumah karena pertengkaranku dengan diza.

"Bukan urusan ibu..  Ini urusan aku dengan mirah dan ini juga salah ibu.. " kata diza dingin.

Ayah yang berdiri disamping ibu yang berusaha menenangkan ibu.  mendengar jawaban itu langsung menampar keras pipi diza

 "kurang  ajar kau diza, ! Durhaka kau  pada orang tua ah.. " Bentak ayahku.

Dizaa yang tak menduga reaksi ayah, jatuh tersungkur ke samping memegang pipinya yang perih, panas sakitnya kenal tampar tangan ayah yang tak terduga.

"Terserah ayah bilang aku apa tapi pokoknya semua gara-gara kalian juga "kata diza berusaha  bangkit dari jatuhnya

 meninggalkan ayah dan ibu yang masih menahan marah yang  tiba-tiba terdiam mendengar jawaban diza.
Diza pergi begitu saja tak menghiraukan ayah dan ibu lagi. 
Menghempas pintu kamarnya, mengurung diri.  Dia tak mungkin kabur sepertiku.

👊👊👊👊👊👊👊👊👊👊👊
♒♒♒♒♒♒♒♒♒♒♒


Akhirnya  aku tiba suatu tempat yang  ditunjuki afdal..  Tempat yang membuatku langsung  kagum menatapnya. Tak percaya apa yang ada di hadapanku di depan mataku..
Sungguh indah.. Membuat segala kesedihanku langsung berguguran seketika berganti senyuman mekar dibibirku ، tak bisa ku rangkai dengan kata-kata jika aku disuruh menulisnya, sungguh tak  terkatakan apa yang sedang ku lihat sekarang..

"Wow.. Tempat apa ini? " tanyaku berkecak kagum.

"Ini yang namanya negeri calabi." jawab afdal, senang sekali melihat  wajah antusiasku

"Negeri calabi? Nama apa itu? " tanyaku lagi terasa aneh,  lucu terdengar, karena  baru kali ini mendengar nya.


"Ya,  nama perdamaian hati,  kepanjangan dari calabi adalah cahayaa langit biru, disini kamu bisa menemukan bukit kesal juga " kata afdal.

" bukit kesal? Nama yang aneh lagi " gumanku mataku tak fokus padanya,  aku lebih tertarik  dengan yang ada disekitarku
.
Afdal hanya tertawa mendengar
Jawabanku

" Ayo,  kita jalan lagi mirah, ini  belum sampai, ada yang lebih indah lagi  dari ini,  kamu bisa tinggal untuk  sementara waktu  jika dirimu belum mau pulang,  disini bisa jadi rumahmu " ajak afdal.

Mendengar Kata pulang membuat wajahku langsung berubah lagi  seperti semula. 
Afdal yang menyadari perubahanku mencoba mengabaikannya terbersit rasa bersalah dihatinya,  merasa salah kata.

"Ayo..  Mirah "ajaknya tersenyum setulus mungkin dihadapanku..
Aku hanya mengangguk dingin mengikutinya, berjalan disampingnya tanpa dipegang lagi.
Afdal  disampingku tampak bernyanyi lagi.
Semua  nyanyinya selalu menyentuh hatiku,  kata-katanya
Seperti sesuai dengan apa  yang sedang ku alami, seakan-akan dia mengerti segala suasana hatiku.
Aku kembali terdiam mendengarkannya sambil terus berjalan ke tempat ia tujui untuk menetap sementara yang seperti dia katakan padaku barusan.

Dikala hati tak menentu pada kenyataan..
Mudah sekali terbentuk kata benci....
Semua yang  terdengar tak kan diterima...
Hati ini mudah sekali  mengundang amarah padanya...  
Tiada kata yang bisa melunakkannya....
Kecuali kesadaran itu sendiri yang mampu meruntuhkan segala tonggak kebenciaan..
Ia akan berguguran bersama kedamaian rasa bila mau menerima kenyataan yang mengecewakan....
Hati kan terbuka dengan kelapangan jiwa.. 
Yang membentukkan sebuah harapan yang indah...
Menyambut dengan senyuman merekah bak bunga yang  berkembang menyambut mentari yang menyinari bumi..



👊👊👊👊👊👊👊👊👊👊👊
👎👎👎👎👎👎👎👎👎👎👎

"Maafkan aku mirah. . Maafkan aku..  Tak ada maksudku menghancuri harapanmu mirah..  semua  terjadi begitu saja tanpa duga mirah. Aku sangat menghargaimu mirah.. Aku sangat menyayangimu.  Semua salah paham mirah.. Maafkan aku telah merobek semua rangkaianmu mirah..    dimana dirimu sekarang mirah...? Pulanglah mirah? " sesal diza.

Comments

Popular posts from this blog

Bukan Karya Sastra

  Karya Semilir adalah bukan karya sastra. Karya ini sebenarnya bukan puisi.  Kitab Semilir adalah buku yang berisi tentang karya semilir.  Karya semilir adalah karya seni menulis dengan tinta kebebasan.  Menuangkan emosi dalam tata urut dan pemaknaan secara rinci, teliti, detail dan penuh samaran dengan gaya bahasa semilir. Kekuatan Karya Semilir 1. Tidak adanya unsur pengulangan kata dan pengulangan makna adalah salah satu kekuatan karya semilir yang tidak akan anda temui pada semua karya     seni sastra tulis didunia ini.  Bila anda membaca semilir dan memperoleh kesan pengulangan makna, sesungguhnya itu bukan pengulangan, tapi itu penekanan pemahaman. Sebab     manusia terkadang tidak memaknai isi tanpa penekanan pemahaman. 2. Kosa kata baru dan mungkin unik, mungkin pula anda sama sekali tak pernah menjumpai kata kata dalam karya semilir ini sebelumnya.  Bila anda membuka Kamus Bahasa Ind...

Novel CATATAN BODOH ( Cuplikan 2 )

Taman terlarang sesungguhnya taman paling indah. Tapi taman ini hanya boleh di masuki Putri Zain. Di taman terlarang inilah sang putri selalu menangis untuk menemukan kebebasan. Ia rapuh dan lemah di dalam taman itu tapi di luar taman ia sangat angkuh. Putri Zain tidak pernah menunjukkan raut wajah sedih. Alasan kesedihan paling dalam adalah bahwa kenyataan ia tak bisa melangkah ke luar gerbang negeri Kahlah. Ia hanya bisa bermain di luar Istana ketika Pagelaran Zirah atau ha ri Zirah. Hari Zirah adalah hari berpuisi. Tak boleh berucap bila tak mengeluarkan lafal puisi. Hari Zirah adalah hari luar biasa. Semua alumni sekolah kerajaan datang dan hadir dengan kewajiban yang sama yaitu tidak boleh berbicara tanpa berpuisi. Di saat itulah Putri Zain bebas berjalan-jalan ke Telaga Nazam, ia mencari sosok pemuda misterius yang mengganggu ruang dan segala kiblat hatinya. Kemana saja ia menghadap, bayangan pemuda tampan itu selalu hadir. "Mengapa engkau menyiksaku wahai kekasih ...

Kitab Semilir - Telaga Nazam

Buku Digital Kitab Semilir Memperhatikan kebiasaan teman2 yang sering online dan jarang membaca buku, maka saya mencoba menyajikan Buku Digital Kitab Semilir langsung di baca di Handphone teman2. Pemesanan nya pun sangat simple, langsung di kirim via WhatsApp. Kemana-mana teman2 tidak perlu lagi membawa buku, hanya cukup membaca buku digital Kitab Semilir Jisa Afta di Handphone. Sambil membaca Buku Digital Kitab Semilir sambil facebookan. Cttan : Jumlah halaman : 328 Halaman. Hubungi : 081241518638 WhatsApp / SMS Facebook Jisa Afta Facebook Ria M Assalaamualaikum Salam kasih untuk semuanya Aku sangat menyesal beli buku ini, kau tahu knp karena baru sekarang kutemukan kok tdk dulu dulu. Buku yg sangat menghormati pembaca, menyanjung, belum sepertiga dari kedua buku ini kubaca aku sudah terusir dari buku ini agar tdk terjebak dalam membaca ingin rasanya kutumpahkan segala isi jelaga jiwa...menghancurkan dendam yang menjadi sekat tipis per...