Bedah Karya
Sandya Kala
Penulis : Adalah Anggota GRUP FB Jisa Afta
Berkomentar lah dan berikan masukan atau pujian sesuai konteks.
Selamat Membedah Karya Luar Biasa Ini :
Penulis : Adalah Anggota GRUP FB
Jisa Afta
Berkomentar lah dan berikan
masukan atau pujian sesuai konteks.
Selamat Membedah Karya Luar Biasa
Ini :
SANDYA KALA
Terlalu asyik membaca membuatku
lupa waktu. Sore telah merayap menuju senja, aku hanya sadar untuk menyalakan
lampu kamar saja. Tak peduli pada semua ruangan di rumah yang sangat besar dan
sepi ini.
"Brak!".. suara benda
jatuh di ruang tengah mengagetkanku.
"Gleg..gleg.," suara air
dari galon di sebelah meja makan, sealayaknya ada yang sedang mengambil air
minum.
Karena tak tahan mendengar
suara-suara itu aku bergegas keluar kamar dengan maksud ingin menghidupkan
lampu di semua ruangan. Baru tiga langkah, lampu kamar malah mati, begitu juga
dengan ruang lain, tak ada lampu yang bisa dihidupkan. Aku teruskan saja
langkah kaki sampai ruangan paling belakang, justru di kebun belakang kemuning
cahaya senja menyebar dengan terangnya.
"Kenanga, aku bisa meminta
jahe untuk melengkapi sesajiku?" suara ini sangat aku kenali. Saat aku
menoleh, benar adanya nenek Cempaka. Sambil berkata begitu nenek sibuk menata
sesaji pada talamnya.
"Baik nek, tunggu sebentar
aku carikan jahenya di dapur" aku bergegas tanpa berpikir panjang dengan
apa yang terjadi.
Saat keluar dari dapur aku
bermaksud mencari nenek, tapi yang kudapati justru kesibukan sebuah pesta.
Kebun belakang rumahku telah menjadi pelataran sakral. Sepasang penjor
menghiasi sisi kiri dan kanan pintu masuk sebuah rumah tua. Para perempuan
bersanggul rapi, berbaju kemben tanpa mengenakan alas kaki terlihat sibuk dan
tak menghiraukan kehadiranku. Leleki tua bersarung putih tanpa baju, dengan
ikat kepala batik duduk bersila di bawah pohon besar. Aroma dupa yang masih
menyala menyengat hidung. Komat-kamit dari mulutnya membawa daya magis.
"Kakak jangan diam saja di
sini, ayo masuk ke dalam rumah" sapa gadis kecil yang juga berbaju kemben
sambil menggandeng tanganku. aku merasa aneh dengan penampilanku sendiri.
Karena aku masih dengan baju baby dol dan sandal japit.
Gadis kecil ini seperti
menghipnotisku menjadi penurut, membawaku masuk ke rumah berdinding bambu. Di
bilik berkelambu kain blacu warna natural yang mengusam ia membawaku.
"Ini kamar siapa dik?"
tanyaku. Tapi dia hanya menatapku tak mau menjawab sepatah kata pun.
Telunjuknya diarahkan ke pintu berkelambu, seakan memberikan perintah kepadaku
untuk segera memasuki ruangan itu. Antara ragu dan pensaran aku mendekati
pintu, kusibak kelambu, pendar cahaya perak penuh kilauan, membuat mataku nanar.
Aku tak kuasa dengan cahaya yang menyilaukan. Akhirnya kupejamkan mata saja.
"Kakak Kenanga bangun!"
seru Seroja sambil menggoyang-goyangkan badanku.
"Iya..loh di mana aku
ini?" aku baru sadar masih berada di kamar dengan buku yang halamannya
masih terbuka dan tertelungkup di dada.
"Nenek..nenek baru datang
Dik!" seruku
"Kakak ada-ada saja, nenek
siapa lagi. Dari kecil kita sudah tidak punya nenek kan?"
"Tapi saat kakak masih kecil,
pernah diasuh sama nenek Cempaka, bahkan kakak sangat mengenali suaranya sampai
sekarang pun masih mengingatnya" selaku.
"Sudah-sudah cepat bangun itu
ada martabak yang baru kami beli cepat dimakan keburu dingin nanti, ayah sama
ibu tadi pergi lagi ke kondangan di kampung sebelah" Seroja menjelaskan.
Percuma saja memberikan penjelasan
padanya, toh Seroja tidak pernah mengenali nenek Cempaka. Pengasuhku sedari
kecil, yang kadang masih menyapaku di saat tak ada siapa pun di rumah ini.
END
Kirim cerpen kamu ke Email:
jisaafta@gmail.com ( cantumkan akun Fb kamu di email)
Penulis Aries Faindah
Comments
Post a Comment
Silahkan tulis komentar disini