Skip to main content

BEKAR | Bedah Karya #24 Dilema

Bedah KaryaDilema


Penulis : Adalah Anggota GRUP FB Jisa Afta

Berkomentar lah dan berikan masukan atau pujian sesuai konteks.

Selamat Membedah Karya Luar Biasa Ini :



Dilema


Lembayung memuntahkan cahaya jingga, memberi nuansa pada tanah pekuburan. Onggokan tanah merah di sekitar sebuah kuburan kecil memberi kesan baru saja ditanam sebuah jasad.

Gandari mengusap peluh nya,ada sedikit kekesalan melihat bongkahan – bongkahan tanah merah yang menutupi kuburan tua yang hari ini akan ia ziarahi.

Aku jadi ketua osis, Papa kini aku kelas tiga ,tinggal setahun lagi aku mempertahankan juara kelasku,yang selama dua belas tahun ku pertahankan, bisik nya dilubuk hati yang paling dalam.

Tangan nya mengais – ngais tanah diatas kuburan tua itu sambil Sesekali membuang kerikil kecil yang terserak di sekitar nya .

Ilalang di dekat kuburan ayah nya telah kembali tumbuh tinggi, Gandari menghitung dalam hatinya, berapa bulan ia tak menziarahi peristirahatan terakhir orang yang menggelarkan nya ke dunia ini.

Pesanan kue yang mengalir ke rumah ibu nya,membuat ia hampir tak punya waktu untuk mengunjungi ll kuburan tua itu.

Bagaimana pun sebagai anak tunggal ia merasa bertanggung jawab pada ibunya,dengan siapa lagi ibunya akan saling membantu bila tidak dengan nya.

“Maaf nona” sebuah teguran halus terdengar,Gandari tengadah ia melihat sesosok tubuh pria di hadapan nya lelaki muda itu lama memandang nya,seakan ingin menanyakan sesuatu.

“ Ada apa ?” tanya Gandari.

“Nona menziarahi kuburan ibu saya apakah mempunyai pertalian dengan beliau ?”

Serentak ia berdiri, tubuhnya yang tengah lemah marah seakan disengat kalajengking, gurauan apa yang dibawa lelaki muda ini ,sampai selancang itu padanya ?

“Ini makam ayah saya “ jawab nya, lelaki muda itu menatap tajam.

Pandangan nya beralih dari wajah Gandari ke pekuburan tua itu ,ia segera berjongkok diusapnya nisan tembok yang nyaris tak berwarna karena tua nya itu.

Mula – mula ia menggosok nya dengan telapak tangan nya,kemudian ia menggosoknya lagi dengan kantong plastik yang tercecer di sekitar sana,rupanya lumut hijau mulai menebal di nisan itu.

“ Ini jelas kuburan ibu saya lama kami tidak berkunjung ke sini,karena ayah membawa kami pindah ke Bali, kami menandai nya dengan sebatang pohon ,ini dia sekarang pohon ini sudah tumbuh tinggi”katanya.

Gandari hampir terpekik mendengar celotehan lelaki muda itu ,manusia macam apa dia, pikir nya begitu tenang nya mengakui kuburan ayah nya sebagai kuburan ibu nya.

Gurauan yang mendekati kesintingan pikir Gandari ,ia mencoba meneliti lelaki itu tak ada tanda kesintingan,kepandiran,ataupun kegilaan macam apapun ia normal bahkan tampan, pakaian nya apik ,potongan rambutnya yang rapih cukup memberi kesan bahwa dia pemuda baik- baik.

Tetapi mengapa ia bisa berbuat seperti itu ?

“ saya sudah sejak sepuluh tahun menziarahinya,mana mungkin tiba – tiba menjadi makam ibu anda ?” kata Gandari.

“Kami punya peta yang menunjukan letak kuburan ibu kami,baru lima tahun kami tinggalkan tempat ini,mana mungkin kubur ibu kami berubah isi.“

Gandari kebingungan lelaki itu tampak makin serius,kelihatan nya ia mengenal betul kuburan itu.

Gandari menatap lelaki muda itu yang kini mulai mengerok lumut yang menempel pada nisan,ia seakan tak acuh dengan Gandari yang semakin kebingungan menyaksikan semua ini.

“Pekuburan ini milik almarhum Aki saya,disebelah sana Kubur Nini dan Emang,kakak sulung saya yang meninggal karena sakit juga dikubur kan di sini.

Sengaja Nini membeli tempat ini nampaknya beliau ingin terus berdampingan kendati sudah berupa jasad tak berharga,disini tak ada orang lain , kami baru saja merencana akan mempercantik nya kakak ibu saya merencanakan akan membuat sebuah gapura di sana seluruh pekuburan ini akan diberi pagar tinggi kubur – kubur dan nisan nya akan diperbaharui kami baru saja bertemu,menentu kan berapa dana yang dibutuhkan untuk ini Semuanya”Gandari semakin terpojok.

“Kami merencanakan semua kubur ini akan diberi marmar hitam,kecuali makam Aki dan Nini beliau akan dibuatkan marmar putih,saya merasa berdosa lama tak kemari ibu sudah lama tiada namun bagi saya ia tetap hidup.”

Lelaki muda itu terpekur ingin rasanya Gandari bertanya, sungguh-sungguh kah ia berkata, atau hanya gurauan seorang frustasi yang kehilangan kubur ibunya karena lama tak menziarahi nya.

Bagaimana mungkin ia bisa berbuat seperti itu ? Sementara selama delapan tahun ia terus menerus menziarahi kubur ini.

Sebuah kuburan yang terbengkalai ilalang tumbuh subur disini,kata ibunya sengaja ayahnya dikubur disini ,agar Gandari tidak terlalu jauh untuk menziarahi nya.

Setiap hari Lebaran sejak usia 10 tahun ia dibawa ibunya ke sini,sebungkus rampai dan sebotol air dibawanya serta,dengan mengucap beberapa do'a untuk arwah,ia bersimpuh disana,itu dilakukan mereka setelah Gandari mulai bertanya – tanya kemana kah ayah nya ?

Pada mulanya gadis belia ini tidak pernah puas mendapat jawaban,ia masih ingat bagaimana keruh nya wajah ibunya setiap ditanya kemana ayah nya ? wajah keruh itu akan semakin keruh,dan biasanya akhir dari segalanya bulir – bulir bening membasahi pipinya,namun suatu hari Gandari mendesak nya ada jawaban yang sangat memukul jiwanya ayah mu sudah tiada,kata ibunya.

“Ibu punya fotonya?” tanya Gandari saat itu.

Ibunya kembali terdiam ,hanya sanggup memberikan foto pengantin mereka 12tahun silam ,dua wajah nampak berjauhan umurnya,mereka menikah karena dipaksa orang tua,wajah ayah nya cukup tampan memakai takwa dan udeng,konon usia mereka terpaut lima tahun tetapi ibunya tampak tidak terlalu muda.

“Mengapa nona menziarahi kubur ibu saya ?”suara lelaki muda itu membuat Gandari terkejut,ia melihat lumut yang dikerokinya mulai habis,ada warna putih yang nampak setelah lumut itu dikikis nya,lalu Gandari melihat huruf walau masih samar ,namun dari ujung huruf itu tampak nama pimilik kubur tua itu terpahat disana.

“Mengapa nona menziarahi kubur ibu saya ?”ia mengulang pertanyaan yang tadi

“Ini kubur ayah saya”

“siapa mengatakan itu psdamu?”

“ibu saya”

“apakah nona melihat nya sendiri waktu jasad ayah nona ditanam di sini ?” ia menatap berhenti sejenak dari pekerjaan nya mengikis lumut yang tumbuh di batu nisan.

Gandari terdiam bagaimana ia harus menjawab pertanyaan lelaki muda itu?

Bukankah kubur ini di tunjukan ibunya sejak ia berusia 10 tahun,ibunya mengatakan padanya bahwa ayah nya meninggal saat ia masih dalam kandungan.

Tapi mana mungkin ibunya mengada – ada,Gandari melihat bagaimana khusyuk nya ibunya ,setiap mereka menziarahi kuburan tua itu,sebulan sekali ibunya menyuruh anak kampung di sana membersih kan kuburan ini dan memberikan persenan.

“Kami membersihkannya setiap bulan” Kata Gandari.

“Bagaimana mungkin ibumu keliru pada kuburan suaminya sendiri,disekitar sini tidak ada kuburan orang lain,ini kuburan keluarga, kau lihat kuburan yang masih merah ini? Ini kuburan cucunya emang yang terkena kanker otak”

Gandari kembali termenung ia mulai percaya pada omongan lelaki muda itu,matanya terus menatap lelaki itu yang semakin. Sigap mengerok lumut,setelah huruf timbul pada batu nisan itu semakin nampak.

Bila ya apa maksud ibu mengatakan hal itu padanya ?mungkinkah ibu salah menunjukan kubur ayahnya karena lama tak menziarahi nya

“tadinya ibu ingin melupakan kepedihan ini ,biar lah kepergian ayahmu merupakan luka lama yang tak perlu kambuh kembali, tapi jika kau bersikeras ingin mengetahui marilah ibu tunjukan dimana makam papamu “ kata – kata itu masih terngiang di telinga Gandari, saat itu tak berfikir apa – apa selain gembira.

Ejekan teman – teman nya yang mengatakan ia anak ta punya ayah akan terkikis, andai Gandari sudah bisa menunjukan kubur ayah nya.

Ia mengatakan itu dan teman – teman nya penuh simpsyik meminta maaf atas kealpaan mereka semua,kuburan itu begitu berarti baginya paling tidak sebagai tumpuan kepedihan pelampiasan rindu akan jasad yang kini telah terkubur.

“Lihat.....huruf ibuku kini bisa dibaca !” lelaki muda itu terloncak,tergopoh – gopoh ia mengeluarkan spidol besar dari tas nya,Gandari hanya ternganga ketika lelaki muda itu mempertebal lekukan nama yang terukir di sana dengan spidol bertinta hitam.

Perlahan nama itu mulai terbaca,Raden Suntimah yaa Tuhan.... jelas sekali kemudian tanggal kematian nya pun terlihat setelah dipertebal dengan warna spidol,Gandari lemas.

“Masih yakin kah nona bahwa ini kubur ayah nona ?” pertanyaan itu seakan menghujam dadanya, bila tadi ia mengira lelaki muda itu membuat gurauan yang tidak lucu,bila sejak tadi menilai lelaki muda itu mengigau,kini Gandari berbalik menyangka ibu nya membuat gurauan yang sangat menyakit kan.

“Maaf kan saya nona,saya ingin tahu mungkin anda masih ada pertalian darah dengan saya ,kuburan ini milik keluarga,jadi paling tidak ayah anda adalah saudara kami,bolehkah saya tahu nama anda nona ?”

“Gandari” jawabnya perlahan,ia merasakan tangan lelaki itu kasar,lumut hijau yang nyaris menghitam menempel di sebagian tangan nya,kendati ia mencoba membersihkan nya dengan mengusapkan nya ke kaki celana nya,tetapi tak urung terasa kasar.

“Bima nama saya “ katanya tanpa ditanya.

Gandari tak berselera untuk bercakap lagi, ia juga hanya menurut ketika Bima memimpin nya ke sebuah bangku kecil yang agak rapuh dibawah pohon rindang.

Lembayung sudah pudar warna cahayanya, sebentar lagi awan hitam akan menelan nya dan kelam malam akan mendekap dunia ini.

Gandari merasa enggan pulang ,ia ingin memecah kan dadanya setelah tahu kubur siapa yang selama sekian tahun ia ziarahi .

Begitu naif kah ibuku,sampai harus membohongi anak satu – satunya dengan menunjukan kubur orang lain.

“Saya yakin ,ibu anda keliru ,nona Gandari “ kata lelaki muda itu seraya mengajak duduk.”

“Panggil saya Ari” jawab Gandari ia secara halus menolak ajakan Bima.

Dikelokan mereka berpisah,Gandari menolak ajakan Bima untuk berbincang,ia tak menghararap lelaki muda itu membuat nya lebih malu lagi nama dan tanggal yang terukir di nisan itu jelas menunjukan kesalahan nya.

Lalu gurauan apa pula yang dibuat ibu ku pikir nya, benarkah kata tetangga selama ini yang mengatakan ia anak tak punya ayah?lalu foto pengantin ibunya ? apakah itu hanya gurauan atau alibi? Ya Tuhan ,wanita yang paling disayangi dan dihormati nya bisa setega itu membohonginya apa yang harus dilakukan nya sekarang ?

Harus marah kah....?
Harus protes kah....?

Ah bagaimana kedua hal itu bisa dilakukan nya ,bila selama ini ia hanya tahu ibu,satu – satunya g yang hirau dan kasih kepada nya.

Diambil nya sepeda motornya yang sejak tadi diparkir di gerbang makam dipacu nya dengan kencang.

~End~


Kirim cerpen kamu ke Email: jisaafta@gmail.com ( cantumkan akun Fb kamu di email) 







Comments

Popular posts from this blog

Bukan Karya Sastra

  Karya Semilir adalah bukan karya sastra. Karya ini sebenarnya bukan puisi.  Kitab Semilir adalah buku yang berisi tentang karya semilir.  Karya semilir adalah karya seni menulis dengan tinta kebebasan.  Menuangkan emosi dalam tata urut dan pemaknaan secara rinci, teliti, detail dan penuh samaran dengan gaya bahasa semilir. Kekuatan Karya Semilir 1. Tidak adanya unsur pengulangan kata dan pengulangan makna adalah salah satu kekuatan karya semilir yang tidak akan anda temui pada semua karya     seni sastra tulis didunia ini.  Bila anda membaca semilir dan memperoleh kesan pengulangan makna, sesungguhnya itu bukan pengulangan, tapi itu penekanan pemahaman. Sebab     manusia terkadang tidak memaknai isi tanpa penekanan pemahaman. 2. Kosa kata baru dan mungkin unik, mungkin pula anda sama sekali tak pernah menjumpai kata kata dalam karya semilir ini sebelumnya.  Bila anda membuka Kamus Bahasa Ind...

Novel CATATAN BODOH ( Cuplikan 2 )

Taman terlarang sesungguhnya taman paling indah. Tapi taman ini hanya boleh di masuki Putri Zain. Di taman terlarang inilah sang putri selalu menangis untuk menemukan kebebasan. Ia rapuh dan lemah di dalam taman itu tapi di luar taman ia sangat angkuh. Putri Zain tidak pernah menunjukkan raut wajah sedih. Alasan kesedihan paling dalam adalah bahwa kenyataan ia tak bisa melangkah ke luar gerbang negeri Kahlah. Ia hanya bisa bermain di luar Istana ketika Pagelaran Zirah atau ha ri Zirah. Hari Zirah adalah hari berpuisi. Tak boleh berucap bila tak mengeluarkan lafal puisi. Hari Zirah adalah hari luar biasa. Semua alumni sekolah kerajaan datang dan hadir dengan kewajiban yang sama yaitu tidak boleh berbicara tanpa berpuisi. Di saat itulah Putri Zain bebas berjalan-jalan ke Telaga Nazam, ia mencari sosok pemuda misterius yang mengganggu ruang dan segala kiblat hatinya. Kemana saja ia menghadap, bayangan pemuda tampan itu selalu hadir. "Mengapa engkau menyiksaku wahai kekasih ...

Kitab Semilir - Telaga Nazam

Buku Digital Kitab Semilir Memperhatikan kebiasaan teman2 yang sering online dan jarang membaca buku, maka saya mencoba menyajikan Buku Digital Kitab Semilir langsung di baca di Handphone teman2. Pemesanan nya pun sangat simple, langsung di kirim via WhatsApp. Kemana-mana teman2 tidak perlu lagi membawa buku, hanya cukup membaca buku digital Kitab Semilir Jisa Afta di Handphone. Sambil membaca Buku Digital Kitab Semilir sambil facebookan. Cttan : Jumlah halaman : 328 Halaman. Hubungi : 081241518638 WhatsApp / SMS Facebook Jisa Afta Facebook Ria M Assalaamualaikum Salam kasih untuk semuanya Aku sangat menyesal beli buku ini, kau tahu knp karena baru sekarang kutemukan kok tdk dulu dulu. Buku yg sangat menghormati pembaca, menyanjung, belum sepertiga dari kedua buku ini kubaca aku sudah terusir dari buku ini agar tdk terjebak dalam membaca ingin rasanya kutumpahkan segala isi jelaga jiwa...menghancurkan dendam yang menjadi sekat tipis per...