Bedah KaryaDilema
Penulis : Adalah Anggota GRUP FB Jisa Afta
Berkomentar lah dan berikan masukan atau pujian sesuai konteks.
Selamat Membedah Karya Luar Biasa Ini :
Dilema
Lembayung memuntahkan cahaya
jingga, memberi nuansa pada tanah pekuburan. Onggokan tanah merah di sekitar
sebuah kuburan kecil memberi kesan baru saja ditanam sebuah jasad.
Gandari mengusap peluh nya,ada
sedikit kekesalan melihat bongkahan – bongkahan tanah merah yang menutupi
kuburan tua yang hari ini akan ia ziarahi.
Aku jadi ketua osis, Papa kini aku
kelas tiga ,tinggal setahun lagi aku mempertahankan juara kelasku,yang selama
dua belas tahun ku pertahankan, bisik nya dilubuk hati yang paling dalam.
Tangan nya mengais – ngais tanah
diatas kuburan tua itu sambil Sesekali membuang kerikil kecil yang terserak di
sekitar nya .
Ilalang di dekat kuburan ayah nya
telah kembali tumbuh tinggi, Gandari menghitung dalam hatinya, berapa bulan ia tak menziarahi peristirahatan
terakhir orang yang menggelarkan nya ke dunia ini.
Pesanan kue yang mengalir ke rumah
ibu nya,membuat ia hampir tak punya waktu untuk mengunjungi ll kuburan tua itu.
Bagaimana pun sebagai anak tunggal
ia merasa bertanggung jawab pada ibunya,dengan siapa lagi ibunya akan saling
membantu bila tidak dengan nya.
“Maaf nona” sebuah teguran halus
terdengar,Gandari tengadah ia melihat sesosok tubuh pria di hadapan nya lelaki
muda itu lama memandang nya,seakan ingin menanyakan sesuatu.
“ Ada apa ?” tanya Gandari.
“Nona menziarahi kuburan ibu saya
apakah mempunyai pertalian dengan beliau ?”
Serentak ia berdiri, tubuhnya yang
tengah lemah marah seakan disengat kalajengking, gurauan apa yang dibawa lelaki
muda ini ,sampai selancang itu padanya ?
“Ini makam ayah saya “ jawab nya,
lelaki muda itu menatap tajam.
Pandangan nya beralih dari wajah
Gandari ke pekuburan tua itu ,ia segera berjongkok diusapnya nisan tembok yang
nyaris tak berwarna karena tua nya itu.
Mula – mula ia menggosok nya
dengan telapak tangan nya,kemudian ia menggosoknya lagi dengan kantong plastik
yang tercecer di sekitar sana,rupanya lumut hijau mulai menebal di nisan itu.
“ Ini jelas kuburan ibu saya lama
kami tidak berkunjung ke sini,karena ayah membawa kami pindah ke Bali, kami
menandai nya dengan sebatang pohon ,ini dia sekarang pohon ini sudah tumbuh
tinggi”katanya.
Gandari hampir terpekik mendengar
celotehan lelaki muda itu ,manusia macam apa dia, pikir nya begitu tenang nya
mengakui kuburan ayah nya sebagai kuburan ibu nya.
Gurauan yang mendekati kesintingan
pikir Gandari ,ia mencoba meneliti lelaki itu tak ada tanda
kesintingan,kepandiran,ataupun kegilaan macam apapun ia normal bahkan tampan,
pakaian nya apik ,potongan rambutnya yang rapih cukup memberi kesan bahwa dia
pemuda baik- baik.
Tetapi mengapa ia bisa berbuat
seperti itu ?
“ saya sudah sejak sepuluh tahun
menziarahinya,mana mungkin tiba – tiba menjadi makam ibu anda ?” kata Gandari.
“Kami punya peta yang menunjukan
letak kuburan ibu kami,baru lima tahun kami tinggalkan tempat ini,mana mungkin
kubur ibu kami berubah isi.“
Gandari kebingungan lelaki itu
tampak makin serius,kelihatan nya ia mengenal betul kuburan itu.
Gandari menatap lelaki muda itu
yang kini mulai mengerok lumut yang menempel pada nisan,ia seakan tak acuh
dengan Gandari yang semakin kebingungan menyaksikan semua ini.
“Pekuburan ini milik almarhum Aki
saya,disebelah sana Kubur Nini dan Emang,kakak sulung saya yang meninggal
karena sakit juga dikubur kan di sini.
Sengaja Nini membeli tempat ini
nampaknya beliau ingin terus berdampingan kendati sudah berupa jasad tak
berharga,disini tak ada orang lain , kami baru saja merencana akan mempercantik
nya kakak ibu saya merencanakan akan membuat sebuah gapura di sana seluruh
pekuburan ini akan diberi pagar tinggi kubur – kubur dan nisan nya akan
diperbaharui kami baru saja bertemu,menentu kan berapa dana yang dibutuhkan
untuk ini Semuanya”Gandari semakin terpojok.
“Kami merencanakan semua kubur ini
akan diberi marmar hitam,kecuali makam Aki dan Nini beliau akan dibuatkan
marmar putih,saya merasa berdosa lama tak kemari ibu sudah lama tiada namun
bagi saya ia tetap hidup.”
Lelaki muda itu terpekur ingin
rasanya Gandari bertanya, sungguh-sungguh kah ia berkata, atau hanya gurauan
seorang frustasi yang kehilangan kubur ibunya karena lama tak menziarahi nya.
Bagaimana mungkin ia bisa berbuat
seperti itu ? Sementara selama delapan tahun ia terus menerus menziarahi kubur
ini.
Sebuah kuburan yang terbengkalai
ilalang tumbuh subur disini,kata ibunya sengaja ayahnya dikubur disini ,agar
Gandari tidak terlalu jauh untuk menziarahi nya.
Setiap hari Lebaran sejak usia 10
tahun ia dibawa ibunya ke sini,sebungkus rampai dan sebotol air dibawanya
serta,dengan mengucap beberapa do'a untuk arwah,ia bersimpuh disana,itu
dilakukan mereka setelah Gandari mulai bertanya – tanya kemana kah ayah nya ?
Pada mulanya gadis belia ini tidak
pernah puas mendapat jawaban,ia masih ingat bagaimana keruh nya wajah ibunya
setiap ditanya kemana ayah nya ? wajah keruh itu akan semakin keruh,dan
biasanya akhir dari segalanya bulir – bulir bening membasahi pipinya,namun
suatu hari Gandari mendesak nya ada jawaban yang sangat memukul jiwanya ayah mu
sudah tiada,kata ibunya.
“Ibu punya fotonya?” tanya Gandari
saat itu.
Ibunya kembali terdiam ,hanya
sanggup memberikan foto pengantin mereka 12tahun silam ,dua wajah nampak
berjauhan umurnya,mereka menikah karena dipaksa orang tua,wajah ayah nya cukup
tampan memakai takwa dan udeng,konon usia mereka terpaut lima tahun tetapi
ibunya tampak tidak terlalu muda.
“Mengapa nona menziarahi kubur ibu
saya ?”suara lelaki muda itu membuat Gandari terkejut,ia melihat lumut yang
dikerokinya mulai habis,ada warna putih yang nampak setelah lumut itu dikikis
nya,lalu Gandari melihat huruf walau masih samar ,namun dari ujung huruf itu
tampak nama pimilik kubur tua itu terpahat disana.
“Mengapa nona menziarahi kubur ibu
saya ?”ia mengulang pertanyaan yang tadi
“Ini kubur ayah saya”
“siapa mengatakan itu psdamu?”
“ibu saya”
“apakah nona melihat nya sendiri
waktu jasad ayah nona ditanam di sini ?” ia menatap berhenti sejenak dari
pekerjaan nya mengikis lumut yang tumbuh di batu nisan.
Gandari terdiam bagaimana ia harus
menjawab pertanyaan lelaki muda itu?
Bukankah kubur ini di tunjukan
ibunya sejak ia berusia 10 tahun,ibunya mengatakan padanya bahwa ayah nya
meninggal saat ia masih dalam kandungan.
Tapi mana mungkin ibunya mengada –
ada,Gandari melihat bagaimana khusyuk nya ibunya ,setiap mereka menziarahi
kuburan tua itu,sebulan sekali ibunya menyuruh anak kampung di sana membersih
kan kuburan ini dan memberikan persenan.
“Kami membersihkannya setiap
bulan” Kata Gandari.
“Bagaimana mungkin ibumu keliru
pada kuburan suaminya sendiri,disekitar sini tidak ada kuburan orang lain,ini
kuburan keluarga, kau lihat kuburan yang masih merah ini? Ini kuburan cucunya
emang yang terkena kanker otak”
Gandari kembali termenung ia mulai
percaya pada omongan lelaki muda itu,matanya terus menatap lelaki itu yang
semakin. Sigap mengerok lumut,setelah huruf timbul pada batu nisan itu semakin
nampak.
Bila ya apa maksud ibu mengatakan
hal itu padanya ?mungkinkah ibu salah menunjukan kubur ayahnya karena lama tak
menziarahi nya
“tadinya ibu ingin melupakan
kepedihan ini ,biar lah kepergian ayahmu merupakan luka lama yang tak perlu
kambuh kembali, tapi jika kau bersikeras ingin mengetahui marilah ibu tunjukan
dimana makam papamu “ kata – kata itu masih terngiang di telinga Gandari, saat
itu tak berfikir apa – apa selain gembira.
Ejekan teman – teman nya yang
mengatakan ia anak ta punya ayah akan terkikis, andai Gandari sudah bisa
menunjukan kubur ayah nya.
Ia mengatakan itu dan teman –
teman nya penuh simpsyik meminta maaf atas kealpaan mereka semua,kuburan itu
begitu berarti baginya paling tidak sebagai tumpuan kepedihan pelampiasan rindu
akan jasad yang kini telah terkubur.
“Lihat.....huruf ibuku kini bisa
dibaca !” lelaki muda itu terloncak,tergopoh – gopoh ia mengeluarkan spidol
besar dari tas nya,Gandari hanya ternganga ketika lelaki muda itu mempertebal
lekukan nama yang terukir di sana dengan spidol bertinta hitam.
Perlahan nama itu mulai
terbaca,Raden Suntimah yaa Tuhan.... jelas sekali kemudian tanggal kematian nya
pun terlihat setelah dipertebal dengan warna spidol,Gandari lemas.
“Masih yakin kah nona bahwa ini kubur
ayah nona ?” pertanyaan itu seakan menghujam dadanya, bila tadi ia mengira
lelaki muda itu membuat gurauan yang tidak lucu,bila sejak tadi menilai lelaki
muda itu mengigau,kini Gandari berbalik menyangka ibu nya membuat gurauan yang
sangat menyakit kan.
“Maaf kan saya nona,saya ingin
tahu mungkin anda masih ada pertalian darah dengan saya ,kuburan ini milik
keluarga,jadi paling tidak ayah anda adalah saudara kami,bolehkah saya tahu
nama anda nona ?”
“Gandari” jawabnya perlahan,ia
merasakan tangan lelaki itu kasar,lumut hijau yang nyaris menghitam menempel di
sebagian tangan nya,kendati ia mencoba membersihkan nya dengan mengusapkan nya
ke kaki celana nya,tetapi tak urung terasa kasar.
“Bima nama saya “ katanya tanpa
ditanya.
Gandari tak berselera untuk
bercakap lagi, ia juga hanya menurut ketika Bima memimpin nya ke sebuah bangku
kecil yang agak rapuh dibawah pohon rindang.
Lembayung sudah pudar warna
cahayanya, sebentar lagi awan hitam akan menelan nya dan kelam malam akan
mendekap dunia ini.
Gandari merasa enggan pulang ,ia
ingin memecah kan dadanya setelah tahu kubur siapa yang selama sekian tahun ia
ziarahi .
Begitu naif kah ibuku,sampai harus
membohongi anak satu – satunya dengan menunjukan kubur orang lain.
“Saya yakin ,ibu anda keliru ,nona
Gandari “ kata lelaki muda itu seraya mengajak duduk.”
“Panggil saya Ari” jawab Gandari
ia secara halus menolak ajakan Bima.
Dikelokan mereka berpisah,Gandari
menolak ajakan Bima untuk berbincang,ia tak menghararap lelaki muda itu membuat
nya lebih malu lagi nama dan tanggal yang terukir di nisan itu jelas menunjukan
kesalahan nya.
Lalu gurauan apa pula yang dibuat
ibu ku pikir nya, benarkah kata tetangga selama ini yang mengatakan ia anak tak
punya ayah?lalu foto pengantin ibunya ? apakah itu hanya gurauan atau alibi? Ya
Tuhan ,wanita yang paling disayangi dan dihormati nya bisa setega itu
membohonginya apa yang harus dilakukan nya sekarang ?
Harus marah kah....?
Harus protes kah....?
Ah bagaimana kedua hal itu bisa
dilakukan nya ,bila selama ini ia hanya tahu ibu,satu – satunya g yang hirau
dan kasih kepada nya.
Diambil nya sepeda motornya yang
sejak tadi diparkir di gerbang makam dipacu nya dengan kencang.
~End~
Kirim cerpen kamu ke Email:
jisaafta@gmail.com ( cantumkan akun Fb kamu di email)
Penulis : Noerjanah Trisula
Comments
Post a Comment
Silahkan tulis komentar disini