Pada
langit malam aku tertunduk dihadapan kegelapan
Entah
apakah maksud sang waktu
Ia
datang menghampiriku menggandeng seorang bidadari
Keanggunannya
membuat hatiku terjaga di alam tidur...
Jelusi
jiwaku tertambat harapan
Lekuk
lekuk kebodohanku mengalir seperti tangkai Bunga Sinur di taman nutfah yang
rindu dipetik sang puteri kerajaan
Kahlah
Aku
bersandar pada kearifan
Masa
remajaku baru saja menyaksikan keajaiban yang dipertontonkan Tuhan didalam
mimpi
Mimpi
itu kemudian menjelma jadi setangkup cawan kepuasan
Menggetarkan
nadiku
Membunuh
keputusasaan pada pencarian panjang
Aku
sedang bersemedi dan bermain main dengan sebuah kehendak yang tak bisa
kuingkari
Maka.....
Bangkitlah
keutuhan kesiapa-an wajah ruhku sesungguhnya
Melangkah
menuju tepian puncak Bukit Lanta
Melihat
warna memudar dibatas kerinduan fajar
Burung
burung tzar
menaati fitrah nya
Mereka
telah tiba dari mencari sesuap kebajikan pada anak anaknya yang masih kecil
Aku......
Kini
mulai menyadari...
Bahwa
ada kehidupan dibalik kehidupan
Sesosok
bayang bidadari dalam bayangan puisi
Memanggil
namaku
Ia
berbisik ditelingaku dari jarak yang paling jauh
Diantara
kedua kakiku dan kakinya terbentang tiang tiang candi yang menumbuhkan pohon
pohon karbala
Diantara
senyumnya dan mata hinaku
Terbentang
fatamorgana yang memaksaku menggenggam kebodohan
Tapi
aku...
Kini
mulai menyadari..
Bahwa
ada kehidupan terindah dibalik kehidupan yang kusaksikan
Melepaskan mimpi
semalam, tapi tak bisa mengingkari keindahan subuh yang mengganggu peraduan
khalbuku.
Baru kusadari mengapa
anak-anak diteluk Tanzar berlarian tanpa rasa ragu, tak bergeming dengan
kesyahduan yang memilukan hatinya, sebab kepiluan itu belum terdengar oleh
mereka.
Aku kini berdiri ditepian bukit yang mengitari sebuah
desa dimulut teluk tanpa kejayaan. Teluk yang dihuni para nelayan tak
bersekolah dan para pencari madu yang tak pernah beralas kaki.
Comments
Post a Comment
Silahkan tulis komentar disini