Jenius | Oleh : Tea Terina Bruk!! Suara benda terjatuh di kamar tidur mengagetkan Sandra yang tengah mengetik di laptop.Segera ia m...

Jenius | Oleh : Tea Terina




Jenius | Oleh : Tea Terina

Bruk!!

Suara benda terjatuh di kamar tidur mengagetkan Sandra yang tengah mengetik di laptop.Segera ia menuju arah jatuhnya benda tersebut.Ternyata Kevin sedang menjatuhkan dirinya dari tempat tidur ke lantai berkarpet merah.

"Kevin!.. jangan main seperti itu!" teriak Sandra.
"He..he jangan kawatir bunda, aku ingin tahu kenapa aku bisa jatuh," kata Kevin anaknya yang berusia 4 tahun sambil tertawa.


"Itu berbahaya Kevin.Coba lihat berapa ketinggian tempat tidur ini?"
Anak laki-laki itu,mengeryitkan keningnya lalu diambilnya selimut bermotif garis lalu ditempelkan bagian lebar selimut itu pada bagian tepi kasur.


"150 cm benarkan?"
Sandra tersenyum.Kevin tahu sebab ia pernah mengajaknya ke toko kain untuk mencari selimut yang lebarnya 150 cm.

Rasa ingin tahu Kevin memang besar. Kemarin ketika ia harus menyelesaikan tulisan berita hasil kunjungan gubernur ke panti asuhan, Kevin minta diajari mengetik.Lalu ia memangkunya sambil mengerjakan garapannya di komputer.
Sesekali Kevin mencoba memejet tombol- tombol dikomputer.

Sebagai single parent ,Sandra sudah bisa melupakan perpisahannya dengan Haris, suaminya. Awalnya memang sakit.Apalagi saat itu Kevin masih berusia 1 tahun.
Kadang Sandra berpikir, mengapa perpisahan itu mesti terjadi? Bukankah selama ini ia sudah berlaku sebagaimana seorang wanita yang telah bersuami? Apakah karena aku bekerja? Sebagai wartawati aku memang sering pulang malam, sementara suaminya selalu sudah berada dirumah.
Sandra selalu berpikir positif2 kepada suaminya yang bekerja sebagai supervisor yang harus keliling kota.


Alasan perceraian memang klasik: tidak ada kecocokan. Tapi satu hal yang diingatnya saat terakhir mereka bertemu di pengadilan agama.
"Rawat anak kita, jadi kan ia anak istimewa." kata suaminya.

Sejak saat itu ia merawat Kevin dengan penuh perhatian.Hidup dikota besar dan harus kost berdua dengan anaknya bukanlah masalah yang mudah.Ia sering membawa Kevin ke tempat kerjanya di Java Post.

Siang itu Sandra sedang mengetik berita yang deadline hari ini.Kevin ada di ujung dekat pot bunga.Ia membaca buku yang penuh dengan gambar.
Seorang petugas pengiriman barang menemuinya.


"Ibu Sandra?" katanya.


"Benar,dari mana ini?"


" Dari jasa pengiriman barang, ini ada kiriman barang, mohon ditandatangani."
Bungkusan itu dibuka.Sebuah produk obat yang bertuliskan Calcium Powder for Children.Ia baca manfaatnya:menyempurnakan tumbuh kembang anak, mempertahankan kesehatan tulang.
"Ini pasti untuk Kevin, tapi siapa pengirimnya? Pikir Sandra. Berkali- kali ia membolak balik bungkusan itu, tetap tidak ada nama pengirim.Selain itu ada mainan magic cube.
"Kevin, sini." kata Sandra


Kevin menuju SandraSandra setengah berlari. Belum sempat ia memberi tahu tentang mainan magic cube, Kevin sudah mengambilnya lalu memainkan junus yang tiap sisinya berwarna orange, biru, hijau, kuning dan putih.


"Kamu harus bisa mengembalikan tiap sisinya agar sama warnanya," kata Sandra sambil memperhatikan Kevin dengan rasa kagum.Belum 10 menit ia sudah mengembalikan posisi magic cube spt semula.


Teman sekerjanya setengah berteriak.
"Sandra...lihat Kevinmu, salah satu manfaat mainan ini adalah untuk melatih otak."

Hari- hari berikutnya Sandra dan Kevin tetap dalam kerutinan. Tapi ada yang berbeda, setiap selesai makan ia selalu memberi virtamin calsium powder.Kesukaan Kevin dengan magic cube meringankan Sandra untuk tidak memikirkan kegiatan Kevin sepulang dari TK.Bahkan ia sudah bisa mengetik program microsoft word di usianya 4 tahun.
Ia merasa bersyukur...


SUAMIKU AKU TELAH MENJADIKAN ANAK KITA MENJADI JENIUS

Tea Terina ~211017

0 komentar:

Silahkan tulis komentar disini