Sudah terlalu lama aku membacamu dalam diam jenuh adalah jendela penghantar tidurku menjauhi kehidupan entah siapa diriku di dalam lem...

KITAB SEMILIR



Sudah terlalu lama aku membacamu dalam diam
jenuh adalah jendela penghantar tidurku menjauhi kehidupan
entah siapa diriku
di dalam lembaran tanpa akhir
dengan nada yang sama
menemani langkahku meniti tititan panjang tanpa gerbang penyambutan
Aku bagai lantunan syair dari para guru bijak yang kesal pada nyanyian syahdunya
Ketika aku jatuh cinta
cinta memperlihatkan jalan-jalan sempit di taman terlarang
meninggalkan apa yang pernah ku maknai
Mencari dirimu wahai aku
mengikhlaskan yang pergi
membayangkan kata pilu sebanyak apa
tak mungkin mencari imbuhan dalam bait tanpa petunjuk
Aku seperti lukisan perasaan sang nestapa dibalik keluh sang petapa
Ketika kutanya kapan aku pergi
engkau tak pernah mengangguk wahai hati
ketika ku lupa bahwa aku harus pergi
engkau hanya tersenyum wahai kalbu
Lalu aku pergi
meletakkan namamu pada nisan kesetiaanku
terbiarlah batinku
menyendiri diantara stupa tanpa wajah
Ku raih sekuntum bunga sinur
meneteskan getahnya dan mengingat janji terakhir
membiarkan hasratku terbang diantara tirai sepi
Bahasaku tak pernah indah wahai relung
sebisa kepak sayap sang senyap
selalu berakhir di perapian malam
mungkin...
inilah kenangan terindah
mungkin pula...
inilah takdir memerihkan
membuat aku terpenjara
selamanya
hingga aku mati

~*~
Jisa Afta

0 komentar:

Silahkan tulis komentar disini